PELATIHAN PEMBELAJARAN AGAMA KATOLIK GURU KELAS
Jakarta, 26 November 2025, Perkumpulan Strada bekerja sama dengan PT Kanisius mengadakan Pelatihan Pembelajaran Agama Katolik Guru Kelas dengan mengangkat tema “Mendidik dengan Hati: Membangun Pengalaman Iman yang Reflektif dan Bermakna melalui Pendekatan Deep Learning”. Pelatihan ini diperuntukkan bagi guru kelas I – VI SD yang mengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti dengan narasumber Romo Patrisius Mutiara Andalas, SJ., S.S., S.T.D. Dosen Pendidikan Keagamaan Katolik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Sanata Dharma.
Kegiatan yang berlangsung pada tanggal 25 – 26 November 2025 menghadirkan suasana belajar yang hangat, kolaboratif, komunikatif, dan menggembirakan. Bertempat di ruang Auditorium Wisma Samadi Klender, para guru diajak kembali pada esensi mendidik yaitu bahwa pembelajaran iman tidak berhenti pada penjelasan konsep namun harus membawa murid pada pengalaman yang bermakna, berkesadaran, dan menggembirakan. Pendidikan “tidak pernah sekadar proses menyampaikan fakta dan keterampilan intelektual: sebaliknya, tujuan Pendidikan adalah untuk berkontribusi pada pembentukan pribadi seseorang secara holistik dalam berbagai aspeknya (intelektual, budaya, spiritual, dan lain-lain). (Antiqua et Nova, art. 77). Kegiatan ini juga menjadi ruang bertumbuh bagi guru untuk memperdalam cara mereka mengajar Agama Katolik, memotivasi dan mendampingi murid-murid, sekaligus menginspirasi murid lewat pembelajaran Agama Katolik yang lebih hidup dan menyentuh hati. Karena itulah, pelatihan ini memfokuskan pada pendekatan deep learning, sebuah cara belajar yang mengajak murid untuk dapat merenungkan, mengintegrasikan, dan menerapkan nilai-nilai Kristiani dalam hidup sehari-hari.
Sejak sesi pembuka, para peserta disapa oleh Romo Andalas dengan hangat dan bersahabat. Disajikan juga film-film yang menarik dan menginspirasi. Pelatihan ini mengkolaborasikan antara dialog, diskusi dan digitalisasi. Romo Andalas menyampaikan bahwa Gereja mendorong kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan berbagai bentuk usaha manusia lainnya, serta memandang semuanya sebagai bagian dari “kerja sama antara manusia dan Tuhan dalam menyempurnakan ciptaan yang kelihatan.” (Antiqua et Nova, art. 2).
Pada akhir sesi pertama Romo Andalas menyampaikan 10 simple habit yang dapat diadopsi oleh para guru yaitu (1) Point of the way (memberi petunjuk atau membimbing sesama); (2) Bring big heart everyday (memiliki hati yang besar dalam segala kondisi setiap hari); (3) Don’t win the race: contribute to the human race (alih-alih memperebutkan kekuasaan dan jabatan kita diajak untuk dapat berkontribusi bagi sesama kita); (4) Give away your sneakers, help someone today (menempatkan diri kita dalam kondisi orang lain dan membantu sesama); (5)Banish the inner Demons, Be free for what matters (Berani menolak setan atau hal yang buruk dalam diri kita dan terbuka akan adanya perubahan); (6) Change your little part of world (berubah dimulai dari bagian terkecil yang ada dalam dirimu); (7) Keep walking up the hill and down the hill; preserve (tetap berjalan dalam setiap masa hidupnya baik dalam situasi yang mudah maupun sulit); (8) Be more grateful (senantiasa penuh rasa syukur); (9) Control the controllables: Listen to the still, small voice (kendalikan hal yang dapat dikontrol di dalam hidup dan dengarkan suarah hati terdalam); (10) Answer this hurting world’s call for happy warriors (mari hadapi tantangan yang sulit di dunia dan jadilah pejuang yang bahagia. Selanjutnya perwakilan guru diminta membagikan tiga pilihan kebiasaan yang paling mengena di hati mereka.

Selama pelatihan, peserta seminar dibagi menjadi 12 kelompok dengan jenjang dan cabang yang sama. Dalam dinamika kelompok, guru diberi kesempatan untuk merancang kegiatan pembelajaran pada kekuatan cerita (naratif), estetik, dan digital sesuai dengan jenjang di cabang masing-masing. Fokus utama dalam merancang kegiatan pembelajaran adalah terjadinya dialog antarguru. Tema dialog yaitu pengalaman guru dalam mengajar Pendidikan Agama Katolik di kelas, dari dialog kelompok maka guru merancang kegiatan pembelajaran sesuai dengan refleksi yang sudah disepakati Bersama. Strategi guru dalam merancang kegiatan Pendidikan Agama Katolik dengan pendekatan deep learning mengangkat salah satu topik dari buku terbitan PT Kanisius dengan judul buku Bertumbuh dalam Yesus Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Tidak hanya berhenti pada merancang pembelajaran, para guru juga melakukan presentasi dari hasil diskusi mereka. Hal ini menjadi sebuah momen yang menghadirkan banyak tawa, ide baru, dan kekaguman.
Di tengah kegiatan Romo Odemus Bei Witono, SJ., selaku direktur Perkumpulan Strada hadir memberikan arahan. Romo menyampaikan Perkumpulan Strada ibarat pohon, bagian akarnya merupakan personalia termasuk guru/karyawan apabila akarnya baik maka akan menghasilkan buah yang baik. Buah di sini adalah para alumni. Guru jenjang TK dan SD menjadi model inspirasi keteladanan para murid. Untuk itu Perkumpulan Strada mendukung reformasi, penyegaran, pemberdayaan secara optimal terhadap talenta-talenta yang dimiliki oleh para guru agar guru mampu menginpirasi para murid. Pelatihan ditutup dengan evaluasi & refleksi, sebuah waktu yang mengajak para guru kembali meneguhkan panggilan mereka yaitu mendidik dengan hati. Dari tanggapan yang muncul, terlihat jelas bahwa para guru merasa mendapatkan inspirasi baru untuk diterapkan di kelas. (Pengawas Jenjang Paud-SD, Kabag Jenjang Paud-SD)
