Efektivitas Minyak Atsiri Lavender (Lavandula Angustifolla Miller) Sebagai Aromaterapi dan Disinfektan Untuk Mendefisiensi Jumlah Virus Dalam Ruangan
Oleh Sumedho Tenggara Setiawan dan Vania Benita Bernice, Siswa-Siswi SMA Strada St. Thomas Aquino Tangerang*)
PENDAHULUAN
Latar Belakang Covid-19 (Coronavirus Disease 2019) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang sangat mematikan, yakni virus SARS-CoV-2 (severe acute respiratory syndrome coronavirus 2). Penyakit ini pertama kali terdeteksi di Wuhan, Provinsi Hubei, China pada akhir Desember 2019. Penyebaran Covid-19 sangat cepat dan masif, bahkan dalam waktu singkat saja, Covid-19 telah menyebar dan menginfeksi orang-orang di berbagai belahan dunia salah satunya Indonesia. Indonesia menjadi salah satu korban keganasan virus ini. Pada tanggal 2 Maret 2020, terdapat dua kasus pertama Covid-19 yang telah dikonfirmasi oleh Presiden Joko Widodo di Indonesia. Dalam waktu beberapa hari saja, virus ini telah menginfeksi ratusan, bahkan ribuan orang yang ada di Indonesia. Menurut data per 31 Maret 2020, jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 menunjukkan angka 1.528 kasus. Data terbaru per 13 Oktober 2021, kasus positif Covid-19 di Indonesia telah menyentuh angka total 4.231.046 kasus sejak pertama kasus Covid-19 dikonfirmasi. Covid-19 dapat menyebabkan kerusakan sistem pada tubuh manusia terutama sistem pernapasan. Gejala atau tanda terinfeksi virus ini pun beraneka ragam, mulai dari gejala umum, sedikit tidak umum, sampai gejala yang serius. Gejala yang paling umum dialami oleh penderita Covid-19 yaitu demam, batuk, mudah lelah, dan kehilangan fungsi indra perasa dan penciuman. Kemudian, gejala sedikit tidak umum yang dialami di antaranya sakit tenggorokan, sakit kepala, diare, ruam pada kulit, dan mata merah atau iritasi. Adapun gejala serius yang dialami oleh penderita penyakit ini, seperti sesak napas, kesulitan berbicara dan bergerak, dan rasa nyeri pada dada. Virus SARS-CoV-2 dapat menular dengan berbagai macam cara. Salah satunya melalui udara yang terkontaminasi. Penularan virus SARS-CoV-2 melalui udara terjadi apabila seseorang yang terinfeksi menyebarkan virus ini pada saat bersin atau pun batuk. Virus ini dikeluarkan melalui tetesan air liur (droplet) ketika batuk atau bersin. Virus yang terkandung dalam droplet tersebut dapat bertahan selama tiga jam di udara, terutama di ruangan tertutup dengan sirkulasi udara yang kurang baik. Virus SARS-CoV-2 dapat beterbangan dan dengan mudah terbawa oleh udara. Hal ini disebabkan massa virus yang lebih ringan dibandingkan dengan massa udara. Kemudian, virus tersebut membentuk partikel-partikel di udara dan pada akhirnya partikel tersebut dapat terhirup oleh manusia. Disinfektan merupakan bahan kimia untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme, seperti virus, bakteri, dan jamur pada suatu permukaan benda. Secara umum, disinfektan digunakan untuk mencegah penyebaran mikroorganisme patogen pada suatu benda. Masifnya penyebaran Covid-19 saat ini menyebabkan disinfektan lebih populer digunakan untuk mencegah penyebaran virus SARS-CoV-2. Disinfektan mengandung senyawa-senyawa kimia yang dapat menghambat pertumbuhan atau bahkan membunuh virus SARS-CoV-2. Senyawa- senyawa kimia tersebut antara lain alkohol (surfaktan), etanol (konsentrasi 60%), bahan golongan klorin (seperti : klorin dioksida, sodium hipoklorit, dan asam hipoklorit), benzalkolnium klorida, dan hidrogen peroksida (H2O2). Disinfektan berbahan kimia memang sangat ampuh untuk membasmi mikroorganisme patogen, tetapi memiliki ekses terhadap kehidupan. Penggunaan senyawa-senyawa kimia dalam disinfektan ternyata dapat menimbulkan dampak buruk terhadap kesehatan dan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan bahan alternatif sebagai pengganti senyawa-senyawa kimia dalam disinfektan tersebut. Bahan alternatif yang dapat digunakan bisa berasal dari bahan-bahan alami yang terdapat di sekitar kita, seperti tumbuhan, buah- buahan, dan rempah-rempah. Penggunaan bahan-bahan alami bertujuan agar disinfektan yang dihasilkan lebih aman bagi manusia dan tidak menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan. Penulis memilih untuk menggunakan tumbuhan sebagai bahan alternatif pembuatan disinfektan. Hal ini disebabkan banyak penelitian dan riset yang menunjukkan bahwa ternyata tumbuhan dapat digunakan sebagai bahan pembuatan disinfektan. Selain itu, hampir sebagian besar manusia lebih menyukai aroma tumbuhan dibandingkan aroma rempah-rempah dan buah-buahan. Aromaterapi adalah terapi komplementer dengan menggunakan minyak esensial dari bau harum tumbuhan untuk memperbaiki masalah kesehatan dan memperbaiki kualitas hidup. Bau harum dari aromaterapi dapat berpengaruh secara langsung terhadap otak sebagai obat penenang. Selain itu, aromaterapi dapat melawan bakteri, virus, dan jamur jika dioleskan pada kulit. Oleh karena itu, penulis menyimpulkan bahwa aromaterapi juga dapat dialihfungsikan menjadi disinfektan. Dari beberapa pernyataan di atas, penulis memiliki ide rancangan suatu produk disinfektan berbahan dasar minyak esensial tumbuhan aromaterapi. Tumbuhan lavender (Lavandula angustifolia Miller) memiliki potensi sebagai antibakteri. Hal ini disebabkan minyak atsiri lavender dapat menghambat pertumbuhan dari bakteri. Lavender (Lavandula angustifolia Miller) mengandung beberapa zat yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri yaitu zat linalool dan linalyl asetat. Selain itu, linalool dan linalyl asetat juga dapat berperan dalam memberikan efek anti cemas (relaksasi). Sejak periode abad pertengahan, tumbuhan lavender (Lavandula angustifolia Miller) telah menjadi sumber dengan sejarah panjang obat-obatan yang memiliki sifat antikonvulsan, anti depresi, ansiolitik, anti cemas, dan sebagai obat penenang Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wei Chen, dkk pada tahun 2011, wanita yang menghirup aromaterapi lavender mengalami perubahan signifikan dalam kualitas tidurnya. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Koulivand, dkk pada tahun 2013 menyatakan bahwa menghirup aromaterapi lavender dapat menimbulkan efek relaksasi pada sistem saraf pusat. Hipotalamus yang terdapat pada sistem saraf pusat berfungsi menghasilkan hormon oksitosin yang memberikan efek relaksasi. Beberapa penelitian tersebut menarik peneliti untuk menguji efektivitas tumbuhan lavender sebagai aromaterapi dan disinfektan alami.
Studi Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan topik penelitian ini pernah ditulis oleh beberapa orang, antara lain sebagai berikut. Penelitian berjudul “Aromaterapi Lavender sebagai Media Relaksasi” ditulis oleh IGA Prima Dewi AP dalam program studinya di Fakultas Kedokteran bagian Farmasi Universitas Udayana. Penelitian ini membahas zat-zat yang terkandung dalam bunga lavender dan efek-efek yang ditimbulkan dari tiap-tiap zat tersebut. Dalam penelitian tersebut dijelaskan cara proses pembuatan minyak lavender secara bertahap dan bervariasi. Dijelaskan pula mekanisme kerja ekstak lavender sebagai media untuk merelaksasikan tubuh. Manfaat dari ekstrak lavender tersebut juga turut disertakan dalam penelitian itu. Penelitian relevan lainnya adalah penelitian yang berjudul ”Formulasi Sediaan Gel Antiseptik Tangan Minyak Atsiri Bunga Lavender (Lavandula angustifolia Miller) dengan Basis HPMC dan Aktivitas Antibakteri terhadap Staphylococcus aureus” oleh Putri Wijayanti, T. N. Saifullah Sulaiman, dan Rima Munawaroh dalam program studi Fakultas Kedokteran di Universitas Muhamadiyah Surakarta. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa minyak atsiri dari tumbuhan lavender (Lavandula angustifolia Miller) dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan gel antiseptik untuk tangan. Hal ini disebabkan senyawa-senyawa yang terkandung dalam minyak esensial bunga lavender dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Bakteri ini biasanya melekat pada tangan manusia dan dapat menyebabkan beberapa gangguan kesehatan pada tubuh manusia, seperti pneumonia, meningitis, infeksi saluran kemih, dan keracunan makanan. Penelitian tersebut menyatakan bahwa minyak atsiri bunga lavender dapat diformulasikan dalam sediaan gel dengan basis HPMC agar dapat meningkatkan efektivitas gel sebagai antibakteri.
Landasan Teori
1. Tumbuhan Lavender
Lavender termasuk dalam suku Lamiaceae yang memiliki 25-30 species. Bunga ini telah lama dikenal sebagai antibakteri karena mengandung linalool dan linalyl asetat (Siti Marwati, 2011:2). Tumbuhan lavender merupakan jenis tumbuhan semak yang memiliki tinggi 1 m, daun bertulang sejajar, bunga berwarna ungu kebiruan di ujung daun. Tumbuhan ini dapat digolongkan sebagai tumbuhan liar dan tumbuh di beberapa tempat di Indonesia (Emigarden dalam Siti Marwati, 2011:2). Nama lavender berasal dari bahasa Latin “lavera” yang berarti menyegarkan. Tumbuhan lavender berasal dari wilayah selatan Laut Tengah. Lavender termasuk tumbuhan menahun, tumbuhan dari jenis rumput-rumputan, semak pendek, dan semak kecil. Tumbuhan ini juga menyebar di Kepulauan Kanari, Afrika Utara dan Timur, Eropa selatan dan Mediterania, Arabia, dan India (M. Ricky Ramadhan, 2017). Tumbuhan lavender yang diolah menjadi minyak esensial mengandung senyawa kimia yang terdiri dari : linalool, linalyl asetat, α- dan β- pinene, dan 1,8-cineole. Linalyl asetat dan linalool adalah kandungan aktif utama yang berperan pada efek anti cemas (relaksasi) pada lavender (Nor Asiyah dan Atun Wigati, 2015). Menurut teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa tumbuhan lavender adalah salah satu jenis tumbuhan dari suku Lamiaceae yang merupakan tumbuhan semak setinggi 1 m. Tumbuhan ini mengandung senyawa aktif linalool, linalyl asetat, α- dan β- pinene dan 1,8-cineole yang dapat digunakan sebagai bahan aromaterapi.
2. Aromaterapi
Aromaterapi adalah terapi komplementer dalam praktik keperawatan dan menggunakan minyak esensial dari bau harum tumbuhan untuk mengurangi masalah kesehatan dan memperbaiki kualitas hidup (Argi Virgona Bangun dkk, 2013:121). Menurut Sharma (2009) dalam Argi (2013:121), aroma berpengaruh secara langsung terhadap otak seperti obat analgesik. Misalnya, mencium lavender maka akan meningkatkan gelombang-gelombang alfa di dalam otak dan membantu untuk merasa rileks. Aromaterapi memiliki pengaruh terhadap fungsi dalam tubuh diantaranya membuat udara dalam ruangan menjadi segar, menciptakan suasana yang tenang. Hal ini dapat digunakan sebagai antibiotik, dapat berguna menjadi antiseptik untuk melakukan perlawanan terhadap virus, merendam emosi, dapat menjadi alat untuk relaksasi, dan meningkatkan konsentrasi (Ni Made Yanthi Ari Agustini, 2014:271). Aromaterapi digunakan sebagai salah satu alat relaksasi. Terapi dengan aroma tumbuhan merupakan salah satu cara efektif untuk relaksasi, menghilangkan stres dan menenangkan pikiran (Hastianingsih dalam Ni Made Yanthi Ari Agustini, 2014:272). Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aromaterapi adalah terapi komplementer berbahan minyak esensial dari bau harum tumbuhan. Bau harum tumbuhan ini berpengaruh secara langsung terhadap otak karena memberikan efek relaksasi, menghilangkan stress, dan menenangkan pikiran.
3. Disinfektan
Disinfektan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk mencegah jangkitan dengan cara memusnahkan mikroorganisme patogenik pada benda tak hidup (Kesmas dalam Dwi Indirani dkk, 2021:18). Pada umumnya, disinfektan digunakan untuk mensterilkan benda-benda dari pertumbuhan kuman dan bakteri. Disinfektan biasanya mengandung alkohol, klorin, dan hidrogen peroksida. Senyawa ini dapat bersifat karsinogenik (beracun) apabila terhirup oleh pernapasan manusia dalam jangka panjang. Jika terkena kulit atau selaput lendir manusia, seperti mata dan mulut, dapat mengikis lapisan tersebut sehingga menimbulkan iritasi. Akibatnya, kuman dapat masuk dengan mudah ke area tubuh sehingga menyebabkan peradangan. Tidak hanya bahan kimia saja yang dapat digunakan sebagai bahan pembuatan disinfektan. Namun beberapa bahan alami efektif digunakan sebagai bahan pembuat disinfektan (Dwi Indriani dkk, 2021:18-19). Berdasarkan dua referensi di atas, dapat disimpulkan bahwa disinfektan merupakan bahan kimia dan bahan alami yang digunakan untuk memusnakan mikroorganisme patogenik pada benda tak hidup.
4. Defisiensi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), defisiensi berarti (1) kekurangan, kekurangan sesuatu yang dibutuhkan oleh tubuh. Adapun sumber dari situs id, kata “defisiensi” adalah “kekurangan”. “Defisiensi” memiliki arti dalam kelas nomina atau kata benda, sehingga defisiensi dapat menyatakan semua benda dan segala macam hal yang dibendakan. Berdasarkan dua referensi di atas, dapat disimpulkan bahwa defisiensi adalah berkurangnya jumlah suatu benda dan segala macam hal yang dibendakan. Dalam konteks ini, yang berkurang adalah jumlah virus dalam ruangan.
METODE
Metode penelitian yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini adalah studi pustaka. Penulis mendapatkan data dari hasil membaca berbagai pustaka atau referensi, baik dari jurnal maupun internet. Selanjutnya dilakukan kajian secara mendalam berkaitan dengan tema yang dibicarakan. Pembahasan hasil penelitian dilakukan dengan deskripsi analisis isi dari jurnal dan internet. Langkah berikutnya disusun sebuah kesimpulan dari hasil penelitian tersebut yang diyakini telah sesuai dengan topik dan tujuan penelitian ini.
PEMBAHASAN
Terkait dengan kemungkinan tumbuhan lavender dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan disinfektan alami, terdapat beberapa penelitian yang membahas kandungan dalam tumbuhan ini yang memiliki potensi sebagai bahan pembuatan disinfektan alami untuk mencegah penyebaran virus SARS-CoV-2. Teori pertama berasal dari analisis tinjauan pustaka penelitian yang dilakukan oleh Aulia dkk. Sejalan dengan penelitian ini, pemaparan minyak atsiri sebagai disinfektan dapat memberikan pengaruh pada penurunan jumlah kuman dalam sebuah ruangan. Penelitian tersebut menggunakan minyak atsiri melati (Jasmine sambac) sebagai objeknya. Penelitian yang dilakukan oleh Aulia dkk menunjukkan minyak atsiri melati (Jasmine sambac) memiliki potensi untuk dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan disinfektan pembersih kuman di udara. Hal ini disebabkan minyak atsiri melati (Jasmine sambac) mengandung senyawa-senyawa antibakteri seperti eugenol, linalool, geraniol, nerolidol, isophytol, dan phytol. Senyawa-senyawa tersebut juga memiliki mekanisme yang berbeda satu sama lain, sehingga efek yang dikeluarkan tidak sama pada bakteri tersebut. Sama halnya dengan melati, lavender (Lavandula angustifolia Miller) juga termasuk tumbuhan yang memiliki potensi sebagai antibakteri. Minyak atsiri tumbuhan lavender juga memiliki kandungan utama yakni zat aktif linalool (3,7-dimethylocta-1,6-dien-3ol) yang merupakan senyawa antibakteri. Dengan adanya senyawa tersebut diharapkan tumbuhan lavender juga dapat dijadikan sebagai disinfektan alami seperti tumbuhan melati. Selain zat aktif linalool, minyak atsiri lavender juga mengandung senyawa-senyawa lain diantaranya linalyl asetat(3,7-dimetyl-1,60-oktadine-3yl asetat), lavandulol, 1,8-cineole, lavandulil asetat, alpha- pinene, camphene, beta-myrcene, p-cymene, limonene, cineol, borneol, terpine-4-ol, geranyl asetat, caryophyllene dan kamper. Teori kedua berasal dari analisis tinjauan pustaka yang terdapat pada sebuah laman daring dari portal berita TribunJogja.com dengan judul “Unisa Produksi Hand Sanitizer Berbahan Ekstrak Bunga Lavender. Dalam laman tersebut dijelaskan bahwa mahasiswa dari program studi Bioteknologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Aisyiyah Yogyakarta (Unisa) berhasil memproduksi sebuah produk hand sanitizer yang terbuat dari bunga lavender (Lavandula angustifolia Miller). Produk tersebut dibuat dengan cara menyesuaikan komposisi produk hand sanitizer dengan Fatwa Tajrih Muhammadiyah mengenai Hukum Alkohol pada produk tersebut, sehingga produk hand sanitizer tersebut halal untuk digunakan. Hand sanitizer yang dibuat oleh mahasiswa dari Universitas Aisyiyah Yogyakarta dari bahan bunga lavender (Lavandula angustifolia Miller) memiliki keunggulan yaitu selain dapat digunakan untuk membunuh virus yang terdapat di tangan, produk tersebut juga dapat digunakan untuk membantu menghalau nyamuk demam berdarah. Teori ketiga berasal dari analisis tinjauan pustaka penelitian yang dilakukan oleh Jin- ichi Sasaki dkk pada tahun 2015 yakni adanya sebuah penemuan minyak lavender yang kaya akan zat fitokimia bioaktif. Zat ini telah digunakan secara tradisional untuk relaksasi mental bersamaan dengan keluhan pencernaan. Fitokimia dikenal juga memiliki sifat biologis, seperti aktivitas antioksidan, efek antimikroba, modulasi enzim, detoksifikasi, stimulasi sistem kekebalan tubuh, penurunan agregasi trombosit, dan sifat antikanker. Fitokimia sering ditemukan dalam berbagai tumbuhan, salah satunya adalah tumbuhan lavender (Lavandula angustifolia Miller). Fitokimia memiliki peran pada perlindungan kesehatan manusia yakni untuk relaksasi mental sekaligus antibakteri pada tubuh manusia. Teori keempat berasal dari analisis tinjauan pustaka penelitian yang dilakukan oleh M. Ricky Ramadhan dan Ocsi Zara Settira pada tahun 2017. Dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa senyawa linalool merupakan faktor utama minyak atsiri bunga lavender (Lavandula angustifolia Miller) dapat mengeluarkan efek sedative (efek penurunan kepekaan yang apabila dipakai dalam dosis tinggi dapat menyebabkan tidur), efek sedative ini biasanya terdapat dalam aromaterapi. Senyawa linalool merupakan suatu monoterpenoid yang terkandung dalam minyak atsiri tumbuhan yang secara alami memiliki dua bentuk enentiomer. Rumus molekul dari senyawa ini adalah C10H18O. Penelitian tersebut juga menjelaskan mekanisme senyawa linalool lavender (Lavandula angustifolia Miller) dalam memberikan efek sedative. Cara kerja senyawa linalool pada aromaterapi bunga lavender (Lavandula angustifolia Miller) adalah dengan merangsang daerah otak di nukleus raphe yang mengsekresikan serotonin, sehingga seseorang dapat tertidur. Teori kelima berasal dari penelitian yang dilakukan Anggraini Dwi Kurnia dkk. Pada tahun 2013. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa lavender (Lavandula angustifolia Miller) dapat digunakan sebagai aromaterapi untuk meningkatkan kualitas tidur pada lansia. Dengan menghirup aromaterapi lavender kita dapat meningkatkan gelombang alfa yang akan membuat tubuh berada dalam keadaan rileks. Aromaterapi lavender juga berguna untuk meningkatkan perasaan nyaman, mengurangi sakit kepala, mengobati kepanikan, meredakan histeria, dan mengobati insomnia. Kandungan linalyl ester yang terdapat dalam lavender (Lavandula angustifolia Miller) berkhasiat menenangkan dan membantu regulasi pada sistem saraf pusat, sehingga aroma dari linalyl ester dapat memberikan efek rileks pada sistem saraf pusat. Caranya adalah dengan memberikan stimulus pada saraf olfaktori yang berada di epitel olfaktori untuk diteruskan ke bulbus olfaktori melalui saraf olfaktorius. Bulbus olfaktori ini berhubungan dengan sistem limbik yang merupakan sistem yang penerima segala informasi dari sistem pendengaran, penglihatan , dan penciuman. Dalam sistem limbik, terdapat dua bagian terpenting yakni amygdala dan hippocampus. Amygdala adalah pusat dari sistem emosi dan hippocampus adalah sistem yang berhubungan dengan memori (termasuk memori terhadap aroma yang dihasilkan bunga lavender). Melalui hipotalamus, aroma tersebut dibawa ke dalam bagian otak kecil yakni nucluesraphe. Efek yang terjadi adalah pelepasan serotonin yang merupakan neuro-transmitter untuk mengatur permulaan tidur, sehingga kualitas tidur pun menjadi lebih baik. Teori kelima ini menguatkan fakta bahwa lavender (Lavandula angustifolia Miller) dapat bermanfaat sebagai aromaterapi.
KESIMPULAN
Terdapat lima teori yang mendukung bahwa tumbuhan lavender (Lavandula angustifolia Miller) efektif bila dimanfaatkan sebagai aromaterapi sekaligus disinfektan. Dari lima teori ini di atas, penulis menyimpulkan bahwa lavender (Lavandula angustifolia Miller) memiliki khasiat untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan memberikan efek relaksasi secara efektif. Penelitian tentang senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan lavender (Lavandula angustifolia Miller) ini telah banyak dilakukan peneliti. Banyak jurnal dan situs memaparkan senyawa-senyawa kimia dan khasiat dari tumbuhan lavender (Lavandula angustifolia Miller). Alasan penulis memilih lima teori tersebut karena sangat relevan dengan topik dan tujuan yang penulis bahas. Adapun tujuan tersebut adalah mengukur efektivitas dari lavender (Lavandula angustifolia Miller) baik sebagai disinfektan maupun aromaterapi. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih terdapat kekurangan. Tidak adanya uji efektivitas secara langsung menyebabkan data yang disajikan dalam karya tulis ilmiah ini merupakan kajian teoretis yang didapat melalui metode kajian pustaka. Oleh karena itu, penulis menyarankan peneliti selanjutnya untuk melakukan pengujian efektivitas tumbuhan lavender (Lavandula angustifolia Miller) sebagai disinfektan dan aromaterapi supaya data yang diperoleh dapat membuktikan bahwa minyak atsiri tumbuhan lavender efektif digunakan sebagai aromaterapi dan disinfektan untuk mendefisiensi jumlah virus dalam ruangan.
DAFTAR PUSTAKA
Adrian, K., 2021. “Transmisi COVID-19 via Udara, Ini yang Perlu Anda Ketahui”. https://www.alodokter.com/transmisi-covid-19-via-udara-ini-yang-perlu-anda-ketahui diakses pada 13 Oktober 2021.
Agustini, N, M, Y, A., dan Sudhana, H., 2014. “Pengaruh Pemberian Aromaterapi terhadap Konsentrasi Siswa Kelas V Sekolah Dasar dalam Mengerjakan Soal Ulangan Umum”. Jurnal Psikologi Udayana., 1(2), 271-278.
Asiyah, N., dan Wigati, A., 2015. “Minyak Aromaterapi Lavender sebagai Media Peningkat Produksi ASI” JIKK., 6(2), 23-38.
Bangun, A, V., dan Nur’aeni, S., 2013. “Pengaruh Aromaterapi Lavender terhadap Intensitas Nyeri pada Pasien Pasca Operasi di Rumah Sakit Dustira Cimahi”. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing)., 8(2), 120-126.
Dalimunthe, L, A., 2016. “Kajian Proses Islamisasi di Indonesia (Studi Pustaka)”. Jurnal Studi Agama dan Masyarakat., 12(1), 115-125.
Desmiaty, Y., Zuhri, U, M., dan Jayanti, L, T., 2017. Penetapan Kadar Linalool Suatu Renoprotektor Dalam Minyak Atsiri Daun dan Kulit Batang Krangean (Litsea Cubeba Lour. Pers). Buku Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Nefrologi. Fakultas Farmasi Universitas Pancasila.
Dewi, A, R., Amri, C., dan Istiqomah, S, S., 2018. “Minyak Atsiri Melati (Jasmine sambac) sebagai Disinfektan untuk Menurunkan Angka Kuman Udara di Puskesmas Sewon II”. Jurnal Kesehatan Lingkungan., 10(1), 11-20.
Higuera, V., 2019. “What Are the Possible Benefits of Lavender? The Must Know Facts About the Therapeutic Plant”. https://www.everydayhealth.com/diet/what-are-possible- benefits-lavender-must-know-facts-about-therapeutic-plant/ diakses pada 18 Oktober 2021.
Indriani, D., dkk., 2021. “Potensi Komoditi Hasil Perkebunan Sebagai Bahan Baku Produk Disinfektan Alami (Ulasan)”. Jurnal Industri Hasil Perkebunan. 16(1), 18-31.
Koulivand, P, H., Ghadiri, M, K., dan Gorji, A., 2013. “Lavender and the Nervous System” Evidence-Based Complemetary and Alternative Medicine. 2013, 1-10.
Kurnia, A, D., dkk., 2013. “Aromaterapi Bunga Lavender Memperbaiki Kualitas Tidur pada Lansia” Jurnal Kedokteran Brawijaya., 25(2), 83-86.
Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada., 2020. “Cara Penggunaan Disinfektan yang Tepat untuk Mencegah Penyebaran Covid-19”. https://farmasi.ugm.ac.id/id/cara-penggunaan- disinfektan-yang-tepat-untuk-mencegah-penyebaran-covid-19/ diakses pada 13 Oktober 2021.
Marwati, S., 2011. “Pengenalan dan Pelatihan Budidaya Tumbuhan Anti Nyamuk Di Kelompok PKK Kricak Kidul Tegalrejo”. Yogyakarta. Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY.
Megawati., dan Damayanti, A., 2012. “Ekstraksi Minyak Atsiri Kamboja dengan Metode Distilasi Menggunakan Steam Basah dengan Variasi Jenis Bunga Kamboja”. (Plumeria Tourn. ex L). Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.
Nidha, A, A., Hadi, P., dan Farida, H., 2017. “Efektivitas Minyak Atsiri Daun Kemangi (Ocimum Basilicum) sebagai Antiseptik untuk Higiene Tangan”. Jurnal Kedokteran Diponegoro., 6(2), 253-260. Pane, M, D, C., 2021. “COVID-19”. https://www.alodokter.com/covid-19 diakses pada 13 Oktober 2021.
—————————- “Benzodiapine”. https://www.alodokter.com/benzodiazepine diakses pada 15 Oktober 2021. Pawestri, N., 2020. “Unisa Produksi Hand Sanitizer Berbahan Ekstrak Bunga Lavender”. https://jogja.tribunnews.com/2020/03/20/unisa-produksi-hand-sanitizer-berbahan- ekstrak-bunga-lavender diakses pada 18 Oktober 2021.
Ramadhan, M, R., dan Zettira, O, Z., 2017. “Aromaterapi Bunga Lavender” (Lavandula angustifolia) dalam Menurunkan Risiko Insomnia”. Jurnal Majority., 6(2), 60-63.
Sasaki, J., dkk., 2015. “Antibacterial Effect of Lavender (Lavandula) Flavor (Volatile)”.Journal of Food Science and Engineering 5., 2015, 95-102.
Susilo, A., dkk., 2020. Coronavirus Disease 2019: “Tinjauan Literatur Terkini”. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia., 7(1), 45-67.
Tim WHO (World Health Organization)., 2021. “Coronavirus Disease (COVID-19)”. https://www.who.int/health-topics/coronavirus#tab=tab_3 diakses pada 13 Oktober 2021.
———————————————————————————————–
*) Pemenang Juara 2 dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah Science Competition Universitas Sanata Dharma pada tanggal 23 Oktober 2021